Sabtu, 12 Maret 2016

Kebiasaan 1: Jadilah Proaktif

Akulah sumber pendorong diriku sendiri'

Manusia bisa bahagia, bisa tidak adalah tergantung pilihannya sendiri. Di dunia ini ada 2 tipe orang, yang proaktif dan yang reaktif. Mereka yang bertanggung jawab atas hidupnya, dan mereka yang biasanya menyalahkan ; mereka yang menjadikan segalanya terlaksana, dan mereka yang menjadi korban.
Kebiasaan 1 bilang, "Akulah sumber pendorong diriku sendiri. Akulah kapten hidupku. Aku bisa memilih sikap. Akulah yang bertanggung jawab atas kebahagiaan ataupun ketidak-bahagiaanku sendiri. Akulah yang duduk di kursi pengemudi menuju takdirku, bukannya penumpang". Bersikap proaktif adalah langkah pertama menuju tercapainya kemenangan pribadi.
Orang-orang reaktif membuat pilihan-pilihannya menurut dorongan hati. Mereka seperti sekaleng soda, kalau kehidupan mengocoknya sedikit saja, tekanannya menumpuk dan tiba-tiba mereka meledak.
Orang-orang proaktif membuat pilihan-pilihannya menurut nilai-nilai. Mereka berpikir sebelum bereaksi. Mereka sadar bahwa mereka tidak bisa mengendalikan segala yang terjadi kepada mereka. Tidak seperti orang reaktif yang penuh karbon, orang proaktif adalah ibarat air. Dikocok seperti apapun, dibuka tutupnya, takkan terjadi apa-apa. Takkan terdengar suara mendesis, takkan ada gelembung, takkan ada tekanan. Tetap tenang, dingin dan terkendali.
Kejadian satu:
Kamu mendengar sahabat terbaikmu menjelek-jelekan kamu di depan suatu kelompok. Ia tidak tahu kalau kamu mendengarkan percakapannya. Baru lima menit sebelumnya, ia bicara manis-manis di depan kamu. Kamu merasa tersinggung dan dikhianati
Pilihan reaktif:
 Labrak dia. Lalu pukul dia
Depresi berat
Anggap dia pembohong bermuka dua dan jangan mau ajak omong lagi selama 2 bulan
Balas jelek-jelekan dia.
Pilihan proaktif:
Maafkan dia
Ajak bicara baik-baik
Jangan digubris dan beri dia kesempatan. Sadarlah bahwa dia punya kelemahan seperti kamu dan bahwa sesekali kamu pun ngomongin dia tanpa bermaksud buruk.

Dengarlah bahasamu sendiri
Bahasa reaktif biasanya seperti ini:
“Aku memang begini kok”. Yang sebenarnya mereka maksudkan adalah bukan aku yang bertanggung jawab atas sikapku. Aku tidak mungkin berubah. Aku telah ditakdirkan seperti ini.
“Kalau bos ku tidak berengsek, pasti segalanya beda.” Yang sebenarnya mereka maksudkan adalah boss ku lah yang menyebabkan semua masalahku, bukan aku sendiri.
Bahasa reaktif itu merampas kuasa darimu dan memberikannya kepada orang lain atau hal lain.
Bahasa reaktif
Aku coba deh
 Aku memang begitu kok
Aku tidak bisa berbuat apa-apa
Aku terpaksa
Aku tidak bisa
Kamu merusak hariku
Bahasa proaktif
Akan ku kerjakan
Seharusnya aku bisa lebih baik dari pada itu
Yuk kita pelajari kemungkinan-kemungkinannya.
Aku memilihnya
Pasti ada jalan
Takkan ku biarkan suasana hatimu yang jelek itu menular padaku.
Selain menjadi korban, orang reaktif:
Mudah tersinggung
Cenderung menyalahkan orang lain
Cepat marah dan mengucapkan kata-kata yang belakangan mereka sesali
Cenderung merengek dan mengeluh
 Menunggu segalanya terjadi kepada mereka
 Berubah hanya kalau perlu.
Bersikap proaktif itu banyak manfaatnya:
Tidak mudah tersinggung
Bertanggung jawab atas pilihan-pilihannya sendiri
Berpikir sebelum bertindak
Cepat pulih kalau terjadi sesuatu yang buruk
Selalu mencari jalan untuk menjadikan segalanya terlaksana
Fokus pada hal-hal yang bisa mereka ubah, dan tidak menguatirkan hal-hal yang tidak bisa mereka ubah.
Menjadi pelaku perubahan
Kamu punya kuasa untuk bangkit mengatasi apapun yang mungkin diturunkan kepada kamu. Seberapa parah pun keadaanmu, kamu bisa menjadi pelaku perubahan dan menciptakan hidup baru bagi dirimu sendiri dan apapun yang mungkin terjadi kemudian.
Sikap “Aku Bisa”
Bersikap proaktif sesungguhnya berarti 2 hal. Pertama, kamu bertanggung jawab atas hidupmu sendiri. Kedua, kamu punya sikap “Aku Bisa”. Sikap “Aku Bisa” sangat berbeda dengan sikap “Aku Tidak Bisa”
“Aku Bisa”
-          Mengambil inisiatif untuk menjadikan segalanya terlaksana.
-          Memikirkan solusi dan pilihan
-          Bertindak
“Aku Tidak Bisa”
-          Menantikan sesuatu terjadi padanya.
-          Memikirkan masalah dan hambatannya
-          Jadi korban
Tekan saja tombol “Pause” (berhenti sejenak)
Jadi, kalau seseorang bersikap kasar terhadapmu, darimanakah kamu dapatkan kuasa untuk menahan diri agar tidak membalasnya? Bagi para pemula, tekan saja tombol pause. Jika kamu bisa belajar menekan tombol pause, menguasai diri, dan merenungkan respons yang ingin kamu berikan, pasti keputusan-keputusan yang kamu ambil lebih baik.
Sementara hidupmu dalam keadaan “Pause”, bukanlah kotak peralatanmu (yang jadi bekal sejak kamu lahir) dan gunakan untuk membantumu mengambil keputusan, apa yang harus kamu perbuat. Peralatan ini adalah kesadaran diri, hati nurani, daya imajinasi dan kemauan.
-          Kesadaran diri: Aku bisa memisahkan diri dari diir sendiri dan mengamati pikiran serta perbuatanku.
-          Hati nurani: Aku bisa mendengarkan suara batinku untuk membedakan yang mana benar yang mana salah.
-          Daya imajinasi: Aku bisa membayangkan kemungkinan-kemungkinan baru.
-          Kemauan: Aku punya kuasa untuk memilih.Kejadian satu:
Kamu mendengar sahabat terbaikmu menjelek-jelekan kamu di depan suatu kelompok. Ia tidak tahu kalau kamu mendengarkan percakapannya. Baru lima menit sebelumnya, ia bicara manis-manis di depan kamu. Kamu merasa tersinggung dan dikhianati
Pilihan reaktif:
o     Labrak dia. Lalu pukul dia
o    Depresi berat
Anggap dia pembohong bermuka dua dan jangan mau ajak omong lagi selama 2 bulan
Balas jelek-jelekan dia.
Pilihan proaktif:
o    Maafkan dia
o    Ajak bicara baik-baik
o    Jangan digubris dan beri dia kesempatan. Sadarlah bahwa dia punya kelemahan seperti kamu dan bahwa sesekali kamu pun ngomongin dia tanpa bermaksud buruk.

Dengarlah bahasamu sendiri
Bahasa reaktif biasanya seperti ini:
“Aku memang begini kok”. Yang sebenarnya mereka maksudkan adalah bukan aku yang bertanggung jawab atas sikapku. Aku tidak mungkin berubah. Aku telah ditakdirkan seperti ini.
“Kalau bos ku tidak berengsek, pasti segalanya beda.” Yang sebenarnya mereka maksudkan adalah boss ku lah yang menyebabkan semua masalahku, bukan aku sendiri.
Bahasa reaktif itu merampas kuasa darimu dan memberikannya kepada orang lain atau hal lain.
Bahasa reaktif
o    Aku coba deh 
o     Aku memang begitu kok
o    Aku tidak bisa berbuat apa-apa
o    Aku terpaksa
o    Aku tidak bisa
o    Kamu merusak hariku
Bahasa proaktif
o    Akan ku kerjakan
o    Seharusnya aku bisa lebih baik dari pada itu
o    Yuk kita pelajari kemungkinan-kemungkinannya.
o    Aku memilihnya
o    Pasti ada jalan
o    Takkan ku biarkan suasana hatimu yang jelek itu menular padaku.
Selain menjadi korban, orang reaktif:
o    Mudah tersinggung
o    Cenderung menyalahkan orang lain
o    Cepat marah dan mengucapkan kata-kata yang belakangan mereka sesali
o    Cenderung merengek dan mengeluh
o     Menunggu segalanya terjadi kepada mereka
o     Berubah hanya kalau perlu.
Bersikap proaktif itu banyak manfaatnya:
o    Tidak mudah tersinggung
o    Bertanggung jawab atas pilihan-pilihannya sendiri
o    Berpikir sebelum bertindak
o    Cepat pulih kalau terjadi sesuatu yang buruk
o    Selalu mencari jalan untuk menjadikan segalanya terlaksana
o    Fokus pada hal-hal yang bisa mereka ubah, dan tidak menguatirkan hal-hal yang tidak bisa mereka ubah.
o    Menjadi pelaku perubahan
o    Kamu punya kuasa untuk bangkit mengatasi apapun yang mungkin diturunkan kepada kamu. Seberapa parah pun keadaanmu, kamu bisa menjadi pelaku perubahan dan menciptakan hidup baru bagi dirimu sendiri dan apapun yang mungkin terjadi kemudian.
Sikap “Aku Bisa”
Bersikap proaktif sesungguhnya berarti 2 hal. Pertama, kamu bertanggung jawab atas hidupmu sendiri. Kedua, kamu punya sikap “Aku Bisa”. Sikap “Aku Bisa” sangat berbeda dengan sikap “Aku Tidak Bisa”
“Aku Bisa”
-          Mengambil inisiatif untuk menjadikan segalanya terlaksana.
-          Memikirkan solusi dan pilihan
-          Bertindak
“Aku Tidak Bisa”
-          Menantikan sesuatu terjadi padanya.
-          Memikirkan masalah dan hambatannya
-          Jadi korban
Tekan saja tombol “Pause” (berhenti sejenak)
Jadi, kalau seseorang bersikap kasar terhadapmu, darimanakah kamu dapatkan kuasa untuk menahan diri agar tidak membalasnya? Bagi para pemula, tekan saja tombol pause. Jika kamu bisa belajar menekan tombol pause, menguasai diri, dan merenungkan respons yang ingin kamu berikan, pasti keputusan-keputusan yang kamu ambil lebih baik.
Sementara hidupmu dalam keadaan “Pause”, bukanlah kotak peralatanmu (yang jadi bekal sejak kamu lahir) dan gunakan untuk membantumu mengambil keputusan, apa yang harus kamu perbuat. Peralatan ini adalah kesadaran diri, hati nurani, daya imajinasi dan kemauan.
-          Kesadaran diri: Aku bisa memisahkan diri dari diir sendiri dan mengamati pikiran serta perbuatanku.
-          Hati nurani: Aku bisa mendengarkan suara batinku untuk membedakan yang mana benar yang mana salah.
-          Daya imajinasi: Aku bisa membayangkan kemungkinan-kemungkinan baru.
-          Kemauan: Aku punya kuasa untuk memilih.


1 komentar: