Akulah sumber pendorong diriku sendiri'
Manusia bisa bahagia, bisa tidak adalah tergantung pilihannya
sendiri. Di dunia ini ada 2 tipe orang, yang proaktif dan yang reaktif. Mereka
yang bertanggung jawab atas hidupnya, dan mereka yang biasanya menyalahkan ;
mereka yang menjadikan segalanya terlaksana, dan mereka yang menjadi korban.
Kebiasaan 1 bilang, "Akulah sumber pendorong diriku
sendiri. Akulah kapten hidupku. Aku bisa memilih sikap. Akulah yang bertanggung
jawab atas kebahagiaan ataupun ketidak-bahagiaanku sendiri. Akulah yang duduk
di kursi pengemudi menuju takdirku, bukannya penumpang". Bersikap proaktif
adalah langkah pertama menuju tercapainya kemenangan pribadi.
Orang-orang reaktif membuat pilihan-pilihannya menurut dorongan
hati. Mereka seperti sekaleng soda, kalau kehidupan mengocoknya sedikit saja,
tekanannya menumpuk dan tiba-tiba mereka meledak.
Orang-orang proaktif membuat pilihan-pilihannya menurut
nilai-nilai. Mereka berpikir sebelum bereaksi. Mereka sadar bahwa mereka tidak
bisa mengendalikan segala yang terjadi kepada mereka. Tidak seperti orang
reaktif yang penuh karbon, orang proaktif adalah ibarat air. Dikocok seperti
apapun, dibuka tutupnya, takkan terjadi apa-apa. Takkan terdengar suara
mendesis, takkan ada gelembung, takkan ada tekanan. Tetap tenang, dingin dan
terkendali.
Kamu mendengar sahabat terbaikmu menjelek-jelekan kamu di depan
suatu kelompok. Ia tidak tahu kalau kamu mendengarkan percakapannya. Baru lima
menit sebelumnya, ia bicara manis-manis di depan kamu. Kamu merasa tersinggung
dan dikhianati
Pilihan reaktif:
Labrak dia. Lalu pukul
dia
Depresi berat
Anggap dia pembohong bermuka dua dan jangan mau ajak omong lagi
selama 2 bulan
Balas jelek-jelekan dia.
Pilihan proaktif:
Maafkan dia
Ajak bicara baik-baik
Jangan digubris dan beri dia kesempatan. Sadarlah bahwa dia
punya kelemahan seperti kamu dan bahwa sesekali kamu pun ngomongin dia tanpa
bermaksud buruk.
Dengarlah bahasamu sendiri
Bahasa reaktif biasanya seperti ini:
“Aku memang begini kok”. Yang sebenarnya mereka maksudkan adalah
bukan aku yang bertanggung jawab atas sikapku. Aku tidak mungkin berubah. Aku
telah ditakdirkan seperti ini.
“Kalau bos ku tidak berengsek, pasti segalanya beda.” Yang
sebenarnya mereka maksudkan adalah boss ku lah yang menyebabkan semua
masalahku, bukan aku sendiri.
Bahasa reaktif itu merampas kuasa darimu dan memberikannya
kepada orang lain atau hal lain.
Bahasa reaktif
Aku coba deh
Aku memang begitu kok
Aku tidak bisa berbuat apa-apa
Aku terpaksa
Aku tidak bisa
Kamu merusak hariku
Bahasa proaktif
Akan ku kerjakan
Seharusnya aku bisa lebih baik dari pada itu
Yuk kita pelajari kemungkinan-kemungkinannya.
Aku memilihnya
Pasti ada jalan
Takkan ku biarkan suasana hatimu yang jelek itu menular padaku.
Selain menjadi korban, orang reaktif:
Mudah tersinggung
Cenderung menyalahkan orang lain
Cepat marah dan mengucapkan kata-kata yang belakangan mereka
sesali
Cenderung merengek dan mengeluh
Menunggu segalanya
terjadi kepada mereka
Berubah hanya kalau
perlu.
Bersikap proaktif itu banyak manfaatnya:
Tidak mudah tersinggung
Bertanggung jawab atas pilihan-pilihannya sendiri
Berpikir sebelum bertindak
Cepat pulih kalau terjadi sesuatu yang buruk
Selalu mencari jalan untuk menjadikan segalanya terlaksana
Fokus pada hal-hal yang bisa mereka ubah, dan tidak menguatirkan
hal-hal yang tidak bisa mereka ubah.
Menjadi pelaku perubahan
Kamu punya kuasa untuk bangkit mengatasi apapun yang mungkin
diturunkan kepada kamu. Seberapa parah pun keadaanmu, kamu bisa menjadi pelaku
perubahan dan menciptakan hidup baru bagi dirimu sendiri dan apapun yang
mungkin terjadi kemudian.
Sikap “Aku Bisa”
Bersikap proaktif sesungguhnya berarti 2 hal. Pertama, kamu
bertanggung jawab atas hidupmu sendiri. Kedua, kamu punya sikap “Aku Bisa”.
Sikap “Aku Bisa” sangat berbeda dengan sikap “Aku Tidak Bisa”
“Aku Bisa”
- Mengambil
inisiatif untuk menjadikan segalanya terlaksana.
- Memikirkan
solusi dan pilihan
- Bertindak
“Aku Tidak Bisa”
- Menantikan
sesuatu terjadi padanya.
- Memikirkan
masalah dan hambatannya
- Jadi korban
Tekan saja tombol “Pause” (berhenti sejenak)
Jadi, kalau seseorang bersikap kasar terhadapmu, darimanakah
kamu dapatkan kuasa untuk menahan diri agar tidak membalasnya? Bagi para
pemula, tekan saja tombol pause. Jika kamu bisa belajar menekan tombol pause,
menguasai diri, dan merenungkan respons yang ingin kamu berikan, pasti
keputusan-keputusan yang kamu ambil lebih baik.
Sementara hidupmu dalam keadaan “Pause”, bukanlah kotak
peralatanmu (yang jadi bekal sejak kamu lahir) dan gunakan untuk membantumu
mengambil keputusan, apa yang harus kamu perbuat. Peralatan ini adalah
kesadaran diri, hati nurani, daya imajinasi dan kemauan.
- Kesadaran diri:
Aku bisa memisahkan diri dari diir sendiri dan mengamati pikiran serta
perbuatanku.
- Hati nurani:
Aku bisa mendengarkan suara batinku untuk membedakan yang mana benar yang mana
salah.
- Daya imajinasi:
Aku bisa membayangkan kemungkinan-kemungkinan baru.
- Kemauan: Aku
punya kuasa untuk memilih.Kejadian
satu:
Kamu mendengar sahabat terbaikmu menjelek-jelekan kamu di depan
suatu kelompok. Ia tidak tahu kalau kamu mendengarkan percakapannya. Baru lima
menit sebelumnya, ia bicara manis-manis di depan kamu. Kamu merasa tersinggung
dan dikhianati
Pilihan reaktif:
o
Labrak dia. Lalu pukul dia
o
Depresi berat
Anggap dia pembohong bermuka dua dan jangan mau ajak omong lagi
selama 2 bulan
Balas jelek-jelekan dia.
Pilihan proaktif:
o
Maafkan dia
o
Ajak bicara baik-baik
o
Jangan digubris dan beri dia
kesempatan. Sadarlah bahwa dia punya kelemahan seperti kamu dan bahwa sesekali
kamu pun ngomongin dia tanpa bermaksud buruk.
Dengarlah bahasamu sendiri
Bahasa reaktif biasanya seperti ini:
“Aku memang begini kok”. Yang sebenarnya mereka maksudkan adalah
bukan aku yang bertanggung jawab atas sikapku. Aku tidak mungkin berubah. Aku
telah ditakdirkan seperti ini.
“Kalau bos ku tidak berengsek, pasti segalanya beda.” Yang
sebenarnya mereka maksudkan adalah boss ku lah yang menyebabkan semua
masalahku, bukan aku sendiri.
Bahasa reaktif itu merampas kuasa darimu dan memberikannya kepada
orang lain atau hal lain.
Bahasa reaktif
o
Aku coba deh
o
Aku memang begitu kok
o
Aku tidak bisa berbuat apa-apa
o
Aku terpaksa
o
Aku tidak bisa
o
Kamu merusak hariku
Bahasa proaktif
o
Akan ku kerjakan
o
Seharusnya aku bisa lebih baik
dari pada itu
o
Yuk kita pelajari
kemungkinan-kemungkinannya.
o
Aku memilihnya
o
Pasti ada jalan
o
Takkan ku biarkan suasana
hatimu yang jelek itu menular padaku.
Selain menjadi korban, orang reaktif:
o
Mudah tersinggung
o
Cenderung menyalahkan orang
lain
o
Cepat marah dan mengucapkan
kata-kata yang belakangan mereka sesali
o
Cenderung merengek dan mengeluh
o
Menunggu segalanya terjadi kepada mereka
o
Berubah hanya kalau perlu.
Bersikap proaktif itu banyak manfaatnya:
o
Tidak mudah tersinggung
o
Bertanggung jawab atas
pilihan-pilihannya sendiri
o
Berpikir sebelum bertindak
o
Cepat pulih kalau terjadi
sesuatu yang buruk
o
Selalu mencari jalan untuk
menjadikan segalanya terlaksana
o
Fokus pada hal-hal yang bisa
mereka ubah, dan tidak menguatirkan hal-hal yang tidak bisa mereka ubah.
o
Menjadi pelaku perubahan
o
Kamu punya kuasa untuk bangkit
mengatasi apapun yang mungkin diturunkan kepada kamu. Seberapa parah pun
keadaanmu, kamu bisa menjadi pelaku perubahan dan menciptakan hidup baru bagi
dirimu sendiri dan apapun yang mungkin terjadi kemudian.
Sikap “Aku Bisa”
Bersikap proaktif sesungguhnya berarti 2 hal. Pertama, kamu
bertanggung jawab atas hidupmu sendiri. Kedua, kamu punya sikap “Aku Bisa”.
Sikap “Aku Bisa” sangat berbeda dengan sikap “Aku Tidak Bisa”
“Aku Bisa”
- Mengambil inisiatif untuk menjadikan segalanya
terlaksana.
- Memikirkan solusi dan pilihan
- Bertindak
“Aku Tidak Bisa”
- Menantikan sesuatu terjadi padanya.
- Memikirkan masalah dan hambatannya
- Jadi korban
Tekan saja tombol “Pause” (berhenti sejenak)
Jadi, kalau seseorang bersikap kasar terhadapmu, darimanakah kamu
dapatkan kuasa untuk menahan diri agar tidak membalasnya? Bagi para pemula,
tekan saja tombol pause. Jika kamu bisa belajar menekan tombol pause, menguasai
diri, dan merenungkan respons yang ingin kamu berikan, pasti
keputusan-keputusan yang kamu ambil lebih baik.
Sementara hidupmu dalam keadaan “Pause”, bukanlah kotak
peralatanmu (yang jadi bekal sejak kamu lahir) dan gunakan untuk membantumu
mengambil keputusan, apa yang harus kamu perbuat. Peralatan ini adalah
kesadaran diri, hati nurani, daya imajinasi dan kemauan.
- Kesadaran diri: Aku bisa memisahkan diri dari
diir sendiri dan mengamati pikiran serta perbuatanku.
- Hati nurani: Aku bisa mendengarkan suara
batinku untuk membedakan yang mana benar yang mana salah.
- Daya imajinasi: Aku bisa membayangkan
kemungkinan-kemungkinan baru.
- Kemauan: Aku punya kuasa untuk memilih.
mantappps gann!!!
BalasHapus